Seni bela diri kuntau merupakan salah satu seni bela diri tradisional yang dikenal oleh masyarakat Kalimantan. Gerakan-gerakan yang digunakan dalam seni bela diri ini terlihat sama dengan pencak silat sebab berasal dari rumpun sama.
Bagi masyarakat Banjar, khususnya yang berasal dari Hulu Sungai Selatan (HSS), kuntau bukan hanya digunakan sebagai ilmu perlindungan diri, tapi juga menjadi budaya sehingga harus dipertahankan kelestariannya.
Mengenal Seni Bela Diri Kuntau Warisan Budaya Kalimantan
Kuntau merupakan seni bela diri yang tidak hanya dikenal oleh masyarakat Banjar, tapi juga oleh suku Dayak dan suku melayu lainnya. Di bumi Kalimantan menjadi salah satu seni bela diri yang tidak hanya dapat digunakan sebagai bentuk pertahanan tapi juga dipakai menjadi atraksi.
Biasanya, atraksi kuntau dilakukan diiringi musik tipu Sarunai, tabuhan babun (gendang), dan gamelan. Atraksi ini ditampilkan pada berbagai upacara adat seperti perkawinan atau pentas budaya.
Seni bela diri kuntau memiliki keunikan tersendiri, seperti sejarah perkembangannya hingga senjata yang digunakan dalam pertarungan. Ini dia beberapa fakta penting terkait kuntau:
1. Memiliki Arti Jalan Kepalan atau Seni Perang
Kuntau atau kuntao diambil dari Bahasa Hokkien yang apabila diartikan secara harfiah berarti “Jalan Kepalan” atau “seni perang”. Sebab diciptakan memang dengan tujuan digunakan dalam medan perang untuk mengalahkan musuh.
Namun, seiring perubahan zaman, kuntau lebih dikenal sebagai jenis olahraga yang dilakukan untuk menjaga kebugaran tubuh. Selain itu, juga menjadi salah satu bentuk pertahanan dan upaya perlindungan bagi orang yang mempelajarinya.
2. Diciptakan Khusus oleh Komunitas Tionghoa di Asia Tenggara
Seni bela diri kuntau diciptakan oleh komunitas Tionghoa di Asia Tenggara. Mulanya dibawa oleh pedagang atau buruh Tiongkok yang datang ke wilayah Asia Tenggara, khususnya Kalimantan.
Oleh sebab itu, kuntao lebih banyak dikenal oleh masyarakat melayu yang tinggal di Kalimantan. Tidak hanya terbatas di Indonesia, tapi juga menyebar hingga Malaysia dan Brunei. Selain itu, masyarakat di negara seperti Tiongkok, Taiwan, Filipina, dan Singapura juga mengenal kuntao.
Untuk gerakan kuntao yang ada di wilayah Kalimantan Selatan berasal dari perpaduan kuntao Kalimantan dan Sumatera. Sebab di Pulau Sumatera, seni bela diri ini juga berkembang pada masa perdagangan di zaman kerajaan.
3. Kuntau Banjar Bersumber dari Perguruan Jasa Datu di Kandangan
Seni bela diri kuntau yang berkembang di Kalimantan Selatan memang berasal dari kuntao asal Tiongkok, yaitu kungfu. Kemudian disilangkan dengan budaya dan medan lokal, berpadu gerakan-gerakan khas silat Sumatera.
Dalam sejarahnya, kuntao dibawa oleh seorang guru dari Desa Bamban, Kecamatan Angkinang HSS, bernama Guru Jambrah. Guru Jambrah merupakan seorang pendekar yang pada masa mudanya merantau ke luar Kalimantan.
Dari perjalanan tersebut, Guru Jambrah mendapatkan ilmu bela diri dari beberapa guru asal Tiongkok di tanah Sumatera. Kemudian hasil belajar tersebut dibawa pulang dan dikembangkan di bumi Hulu Sungai Selatan.
Guru Jambrah memiliki enam murid, yaitu Salum, Anci, Dali, Aini, Tutung, dan Ujal. Keenam murid ini kemudian menyebarkan kuntao ke daerah Hulu Sungai Selatan hingga seluruh Kalimantan Selatan.
Tahun 1984, seorang murid dari generasi penerus, bernama Ruslan Faridi mencetuskan keinginan mendirikan perguruan. Kemudian didirikan Perguruan Jasa Datu di Kandangan. Nama Jasa Datu berasal dari nama Guru Jambrah dan keenam murid pertama beliau.
4. Gerakan Kuntau Menyesuaikan dengan Medan Daerah Tempat Berkembang
Gaya atau gerakan bertarung para petarung dalam kuntau sekilas memang terlihat seperti pencak silat. Sebab memang ada perpaduan dengan gerakan silat sehingga gerakan-gerakannya serupa.
Gaya dalam seni bela diri kuntau disesuaikan dengan medan dari daerah tempat ilmu tersebut berkembang. Misalnya dalam kuntao Banjar, jurus yang diajarkan disebut bunga.
Dalam perguruan Jasa Datu, diajarkan empat bunga setelah murid berhasil mempelajari gerakan dasar seperti kuda-kuda, pukulan, dan tendangan.
Jika murid sudah memahami dan menguasai gerakan dasar, maka akan diajarkan empat bunga, mencakup empat kipas, empat sauh, empat bandung, dan 12 langkah.
Selanjutnya, baru diajarkan bapukul atau saling berhadapan sesama murid. Setelahnya baru menamatkan pendidikan. Murid akan melalui dua ujian betamat, yaitu langkah dan isi.
Betamat isi, yaitu murid diuji dengan serangan mendadak dari gurunya di tempat tertentu yang tidak diberitahukan lokasinya pada si murid. Jadi, benar-benar serangan dadakan.
Murid akan dibekali senjata yang dipilih sendiri, bisa Mandau, tombak, dan lainnya, sebagai senjata menangkis semua serangan kejutan tersebut.
Sedangkan betamat langkah adalah ritual atau selamatan, yaitu acara makan bersama sesuai ketentuan adat dengan tujuan agar ilmu yang dipelajari melekat sehingga bisa terus diasah.
5. Dijadikan Atraksi dalam Berbagai Acara Adat
Seni bela diri kuntau merupakan kebudayaan yang melekat pada masyarakat Banjar, khususnya di Hulu Sungai. Oleh sebab itu, seni bela diri ini selalu muncul di berbagai kegiatan adat, seperti upacara pernikahan, hajatan, dan berbagai kegiatan adat lainnya.
Para pendekar juga seringkali tampil di acara budaya untuk menampilkan keindahan gerakan dari seni bela diri yang menjadi warisan budaya ini.
Kungtao merupakan perpaduan kungfu dan pencak silat ini memiliki berbagai gerakan indah. Dilihat seperti tarian, tapi jika dilakukan oleh ahlinya, maka bisa mematikan. Dapat mendukung pertarungan tangan kosong maupun bersenjata.
Saat ini, ada banyak perguruan kuntao di Hulu Sungai dan sekitarnya. Ada ratusan pendekar yang berada di bawah pembinaan Dinas Pemuda dan Olahraga untuk melestarikan seni bela diri kuntau agar tetap eksis di era modern.