March 25, 2025
Sejarah Kesultanan Ternate Sebagai Jejak Kejayaan Nusantara

Sejarah Kesultanan Ternate Sebagai Jejak Kejayaan Nusantara

Sejarah Kesultanan Ternate menjadi suatu yang menarik untuk dibahas. Terlebih ini merupakan salah satu kerajaan Islam tertua yang ada di Indonesia sehingga memiliki peranan penting dalam sejarah Nusantara.

Kesultanan Ternate menjadi simbol kejayaan dengan meninggalkan berbagai warisan berharga. Terlebih kawasan ini menjadi pusat kekuatan politik maupun perdagangan di Maluku. Memiliki nama lain sebagai Kerajaan Gapi sebagai satu dari empat kerajaan Islam di Maluku.

Mengetahui Sejarah Kesultanan Ternate Melalui Asal Usul

Sejarah Kesultanan Ternate yang meliputi asal usul kerajaan, masa kejayaan, hingga warisan peninggalan membantu dalam memahami lebih baik lagi.

Sebagai salah satu kerajaan Islam tertua dalam sejarah Indonesia, kesultanan ini memiliki peran penting di kawasan timur. Didirikan pada sekitar tahun 1257 oleh Baab Mashur Malamo dengan peranan antara abad 13 hingga 19.

Didirikan pada abad ke-13 di Pulau Ternate, sebagai pulau kecil bagian dari Kepulauan Maluku. Selain menjadi kerajaan Islam tertua, wilayah ini juga terkenal sebagai penghasil rempah-rempah. Utamanya yaitu cengkih dengan peminat dunia internasional.

Melalui kekayaan alam tersebut, membuat kawasan ini mengalami perkembangan sangat pesat sebagai pusat perdagangan. Pada abad ke-16, perdagangan rempah dan berkat kekuatan militer membuat kesultanan mencapai masa kejayaannya.

Berdasarkan sejarah Kesultanan Ternate berawal dari sistem pemerintahan adat yang dipimpin oleh seorang raja atau “Kolano”. Pada awalnya, Kolano ini memiliki fungsi sebagai pemimpin suku untuk mengatur urusan masyarakat lokal.

Seiring berjalannya waktu dan masuknya pengaruh Islam pada abad ke-15, sistem pemerintahan kemudian berubah menjadi kesultanan. Sultan pertama Ternate yang tercatat dalam sejarah yaitu Sultan Zainal Abidin.

Sultan pertama memimpin sekitar tahun 1486 sampai dengan 1500. Sultan Zainal Abidin memiliki jasa yang sangat penting terutama dalam menyebarkan ajaran Islam. Hal tersebut kemudian menjadi identitas utama dari kerajaan ini.

Pada masa itu, masyarakat menerima ajaran Islam dengan baik karena ajarannya dapat berpadu tradisi lokal. Sebagai kerajaan yang memiliki lokasi strategis , Ternate memiliki hubungan diplomatik serta perdagangan dengan berbagai kerajaan besar lainnya.

Termasuk Kesultanan Aceh di Sumatera dan Kesultanan Demak di Jawa. Selain itu, banyak bangsa asing tertarik pada kawasan ini, seperti Portugis, Belanda, dan Spanyol. Di mana negara tersebut ingin menguasai perdagangan rempah-rempah di Maluku.

Kejatuhan Kesultanan di Ternate

Sejarah Kesultanan Ternate telah menikmati masa kejayaannya yang membentang di wilayah Maluku, beberapa bagian Pulau Sulawesi hingga kepulauan Filipina dan Pasifik. Hingga saat ini, kerajaan masih ada meski hanya sebatas simbol budaya.

Meski pernah berada di puncak kejayaan, namun kerajaan telah menghadapi sejumlah tantangan hingga menyebabkan kejatuhan. Salah satu faktor utama yaitu persaingan dengan Kesultanan Tidore yang juga terletak di Maluku.

Kedua kerajaan ini sering terlibat konflik, terutama dalam memperebutkan wilayah kekuasaan dan pengaruh. Selain itu, pengaruh kejatuhan lainnya adalah ikut campur negara dari benua Eropa.

Pada tahun 1512, Portugis tiba dengan tujuan untuk menguasai perdagangan rempah-rempah. Terlebih wilayah ini terkenal dengan rempah-rempah yang dihasilkannya. Pada awalnya, kedatangan bangsa Portugis mendapat sambutan yang baik oleh Sultan Bayanullah.

Portugis diterima sebagai sekutu pada awalnya, namun hal tersebut tidak berlangsung lama. Hubungan tersebut memburuk akibat Portugis ikut campur dalam urusan internal. Hal itu membuat sejarah Kesultanan Ternate mengalami konflik dengan Portugis.

Puncaknya, yaitu pada tahun 1570 ketika Portugis membunuh Sultan Hairun. Hal itu memicu perlawanan dalam skala besar dari rakyat. Setelah itu, putra dari Sultan Hairun yaitu Sultan Baabullah memimpin perjuangan dalam melawan Portugis.

Di bawah kepemimpinan Sultan Baabullah tahun 1575, Ternate berhasil mengusir Portugis. Menjadikan Sultan Baabullah sebagai salah satu pahlawan besar dalam sejarah. Namun sayangnya, kemenangan tersebut tidak membuat kerajaan stabil.

Setelah kemenangan melawan Portugis, di abad ke-17, Belanda hadir dan membuat situasi jadi lebih rumit. Belanda bahkan berhasil memanfaatkan konflik internal yang ada untuk memperkuat pengaruhnya melalui politik adu domba.

Peninggalan Sejarah Kesultanan Ternate

Meski telah kehilangan kejayaannya, namun terdapat berbagai peninggalan yang tetap ada hingga kini. Salah satu peninggalan paling nyata adalah keberadaan dari keraton di Pulau Ternate.

Keraton menjadi simbol sejarah sekaligus saksi kejayaan di masa lalu. Sekaligus menjadi pusat budaya serta tradisi lokal masyarakat pulau ini. Selain keraton, terdapat peninggalan berupa manuskrip kuno seperti catatan sejarah dan hukum adat.

Manuskrip tersebut memberikan pengetahuan mengenai hukum, sistem pemerintahan, hingga kehidupan masyarakat di masa lalu. Warisan budaya juga tercermin dalam tradisi yang terus dilestarikan hingga kini, seperti upacara adat.

Dalam sejarah Kesultanan Ternate, upacara adat Kololi Kie merupakan bentuk penghormatan terhadap gunung-gunung di kawasan tersebut. Tradisi ini menunjukkan hubungan antara alam, masyarakat, dan spiritual.

Tidak hanya itu, kerajaan juga meninggalkan pengaruh cukup besar terutama dalam bidang seni maupun sastra. Terdapat beragam bukti kreativitas dan identitas budaya, seperti tarian, lagu tradisional, hingga seni ukir khas.

Hingga saat ini, masyarakat Ternate masih terus melestarikan budaya serta seni sebagai warisan dari leluhur. Selain itu, kesultanan juga dikenal sebagai pelopor dalam perjuangan melawan penjajahan di Nusantara.

Salah satu kerajaan di Maluku ini memberikan cerminan kejayaan, keberanian, dan perjuangan yang penuh dengan inspirasi. Warisan peninggalan kesultanan baik dalam bentuk fisik maupun budaya menjadi bukti akan kejayaan sejarah Kesultanan Ternate di masa lalu.