October 6, 2024
Sejarah Pembantaian Massal di Tasmania yang Harus Diingat

Sejarah Pembantaian Massal di Tasmania yang Harus Diingat

Pembantaian massal di Tasmania adalah salah satu peristiwa yang harus diingat oleh dunia, karena peristiwa ini melibatkan banyak orang tewas dan luka – luka berat. Tasmania adalah salah satu daerah yang berada di Australia, tempat ini juga terkenal dengan kota wisatanya.

Sebagai salah satu daerah paling banyak dikunjungi oleh wisatawan, wajar saja jika tempat ini menjadi lokasi pembantaian yang menewaskan banyak orang. Peristiwa yang pernah terjadi di Tasmania harus selalu diingat agar semua manusia mengenang korban yang berjatuhan.

Sejarah Pembantaian Massal di Tasmania

Pembantaian massal di Tasmania adalah salah satu peristiwa yang harus diingat oleh dunia, karena peristiwa ini melibatkan banyak orang tewas dan luka

Tidak begitu banyak orang yang tahu apa yang sebenarnya terjadi pada pembantaian secara massal ini. Sebagai masyarakat dunia, Anda juga harus mengenal informasi penting tentang sejarahnya, yaitu kapan terjadinya, penyebabnya, serta dampak dari peristiwa penting itu.

1. Terjadi pada tahun 1996

Pembantaian massal di Tasmania terjadi pada tahun 1996, tepatnya pada hari minggu tanggal 28 April. Pada masa itu, senjata masih boleh dimiliki secara pribadi oleh beberapa orang. Sehingga sangat mungkin terjadi pembantaian, karena kepemilikan senjata masih bebas.

Pada tahun 1996 ini, seorang pelaku bernama Martin Bryant melakukan penembakan pada orang – orang yang sedang berwisata di Port Arthur, yaitu salah satu tempat wisata yang ada di Tasmania. Penembakan dilakukan oleh Martin memakai 2 buah senjata semi otomatis.

Di Port Arthur terdapat sebuah reruntuhan penjara Inggris yang sudah ada sejak abad ke 18. Di reruntuhan penjara ini, pelaku melakukan penembakan kepada orang – orang yang sedang berwisata. Akibatnya puluhan orang meninggal serta banyak korban mengalami luka.

2. Motif pembunuhan tidak diketahui

Pembantaian massal di Tasmania ternyata hingga saat ini tidak diketahui apa motifnya. Pelaku bernama Martin Bryant sudah diinterogasi, namun tetap tidak ditemukan motif jelas yang membuatnya melakukan penembakan secara massal di lokasi wisata Port Arthur.

Banyak ahli menganggap bahwa penembakan ini terjadi karena pelaku mengalami gangguan mental. Pada zaman tersebut, berita menyebarkan informasi bahwa nilai IQ Martin Bryant sangat rendah, sehingga membuatnya sangat mungkin mengalami gangguan mental berat.

3. Menewaskan 35 orang dan 23 orang mengalami luka

Pembantaian massal di Tasmania tersebut menyebabkan 35 orang meninggal dunia, serta terdapat 23 orang mengalami luka – luka. Peristiwa ini membuat banyak warga syok, karena jumlah orang meninggal dunia serta mengalami luka – luka berat tidak sedikit.

Kisah masing – masing korban yang meninggal atau mengalami luka – luka sudah pernah dibahas, sehingga membuat banyak orang merasa tidak tega dan semakin geram kepada Martin Bryant sebagai pelaku. Banyaknya korban membuat hukuman Martin sangat berat.

4. Menjadi alasan utama perubahan undang – undang senjata

Pembantaian massal di Tasmania menjadi alasan utama mengala ada perubahan mengenai undang – undang senjata di Australia pada masa itu. Setelah terjadi peristiwa pembantaian tersebut, pemerintah langsung mengambil tindakan cepat yaitu perubahan undang – undang.

Dengan adanya perubahan undang – undang, pemerintah mengharapkan kepemilikan senjata lebih ketat lagi peraturannya, sehingga tidak sembarang orang boleh memiliki dan memakai senjata pribadi. Perubahan UU ini langsung dilaksanakan 2 minggu setelah kejadian.

5. Dijatuhi 35 hukuman seumur hidup

Pembantaian massal di Tasmania ini menyebabkan puluhan orang meninggal dunia. Itu sebabnya pelaku dijatuhi sebanyak 35 hukuman seumur hidup oleh hakim. Tidak hanya itu, Martin Bryant sebagai pelaku juga dijatuhi hukuman penjara sebanyak 1.652 tahun.

Mengingat usia manusia umumnya hanya mencapai 100 tahun, maka sangat mungkin bagi pelaku untuk dipenjara seumur hidup. Hakim memberikan hukuman demikian juga untuk melindungi keselamatan masyarakat, karena pelaku mungkin dapat melakukannya lagi.

6. Tidak ada kemungkinan bebas bersyarat

Selain diberikan hukuman sangat berat, juga tidak ada kemungkinan bebas bersyarat bagi pelaku. Banyak warga menganggap bahwa tidak adanya hukuman mati untuk Martin adalah karena gangguan mental yang diduga dialami pelaku, sehingga menyebabkan pembantaian.

Umumnya terdapat pembebasan bersyarat, namun pelaku pembantaian massal di Tasmania ini tidak akan diberikan peluang untuk bebas bersyarat mengingat kejahatannya yang sangat berat. Dengan kebijakan ini, masyarakat merasa lebih tenang karena hal itu sangat setimpal.

7. Peristiwa ini masing diperingati setiap tahun

Meskipun sudah terjadi pada tahun 1996, namun peristiwa pembantaian yang menewaskan banyak orang dan menyebabkan korban luka – luka ini tetap diperingati. Warga setempat atau orang yang mengetahui sejarah ini terbiasa melakukan peringatan setiap tahunnya.

Masyarakat memperingati dengan cara meletakkan bunga atau benda indah lainnya di Port Arthur yang menjadi tempat kejadian penembakan. Masyarakat juga melakukan peringatan untuk menghormati pemimpin pada masa itu yang bertindak cepat setelah pembantaian.

Pembantaian di Tasmania setelah tahun 1996 tersebut sudah mulai berkurang. Tercatat ada beberapa pembunuhan yang masih terjadi, namun hanya melibatkan korban yang dikenal secara pribadi oleh pelaku. Pembantaian massal di Tasmania tidak boleh sampai dilupakan.